Ini menjadi sekuel dari postingan terakhir tentang kebahagiaan.
Kali ini pertanyaannya sederhana...apakah saya sendiri bahagia?
Well...
Saya dilahirkan dua puluh tujuh setengah tahun yang lalu dari sepasang orang tua luar biasa...Saat dilahirkan saya menangis, gak tau kenapa, tapi saya yakin saat itu saya bahagia!
Walopun sebenarnya anak bayi belum tau yang mana bahagia itu.
Kelas 4 SD gigi depan saya patah gara2 main gulat dengan teman sekolah. "Cacat" permanen itu saya bawa seumur hidup, saya melewati hari-hari dengan celaan dari teman, dapat panggilan "Cippe'", tapi saya bahagia!
Sampe sekarang saya masih terus dikenal dengan teman lama karena panggilan itu. Hal memalukan itu kini jadi kebanggan saya.
10 tahunan yang lalu saya kehilangan seorang bapak, selama-lamanya. Mendadak. Di malam pertandingan sepakbola kesayangan kami berdua. Keluarga kami meratap, saya ikut menangis...tapi pada akhirnya, saya bahagia!
Tuhan telah merencanakan itu untuk menempa saya jadi pribadi yang lebih bisa untuk diandalkan dalam keluarga, menjadi tulang punggung keluarga. Sudah pasti untuk melatih saya saat memiliki keluarga sendiri kelak.
Walopun mungkin sekarang masih jauh dari kata sempurna.
Dalam percintaan...berpacaran dengan teman sekelas saat SMA, tapi gak pernah menganggap itu pacaran.
Saat akhirnya resmi memiliki seorang pacar yang sebenar-benarnya, pada saat kuliah, semester akhir, justru mengalami patah hati terdahsyat yang pernah saya rasakan. Mungkin akibat LDR..pfiiuuhhh..
Akhirnya beberapa kali berpacaran lagi, lebih tepatnya 2x..harus berakhir lagi, dengan berbagai alasan, berbagai kasus, LDR ikut andil pula.
Banyak emosi, banyak amarah, banyak air mata di akhir semua cerita itu...tapi toh, saya bahagia!
Saya belajar memaknai arti dari sebuah hubungan, yang mana boleh dan tidak boleh ada, yang mana boleh dan tidak boleh dilakukan, saya tau.
Walopun mungkin di beberapa kasus, saya yang menjadi orang brengsek nya. Maaf. Saya terus belajar.
Mungkin saya terlambat menyadari itu semua, terlambat sadar kalo di akhir cerita menyedihkan, kebahagiaan akan selalu ada, cepat ato lambat.
Tapi tentu saja, itu tergantung dari kita sendiri. Apakah kita memutuskan untuk bahagia.
Sekarang????
Oh...saya bahagia!
Kerjaan pasang surut,
keuangan tidak stabil,
masih ada, mungkin banyak, yang memusuhi di luar sana.
Tapi heiiiii..saya bahagia!
Keluarga saya masih ada untuk saya, walopun harus terpisah jauh, teman-teman saya tak kalah banyaknya yang jauh maupun yang dekat. Saya punya banyak planing dan impian luar biasa di masa akan datang yang semoga bisa terwujud.
Dan tentu saja saya punya the lovable J's to guard my heart and my life.
Mighty J for my vertical view.
Dear J for my horizontal view.
Dan dengan semua itu......saya tak butuh apa-apa lagi untuk bahagia!
Menulis semaunya, se-mood-nya, sesempatnya, dan seadanya saja. Jadi silahkan baca sesukanya.
Sunday, September 22
What??....Me??....I'm Happy!
Sunday, September 8
Serumit Itukah Untuk Bahagia???
Wajarkah kalau kita masih menggantungkan harapan kita untuk bahagia pada seseorang, sementara orang itu sebenarnya sudah tak punya, tak mampu, atau mungkin tak niat lagi memberi itu kepada kita?
Saya sendiri sebenarnya gak habis pikir kalo masih ada orang yang berpendirian seperti itu. Emang gak ada lagi cara ya, cara yang benar-benar ampuh, untuk menemukan kebahagiaan di tempat lain? di orang lain? Heiii, the relationship is over, c'mon.. Okeee, mungkin selalu ada peluang untuk balikan. Kalo peluang itu ada, tanda-tanda itu ada, worth to wait,..fine..berusahalah terus, menunggulah.
Tapi kalo peluang itu sudah tertutup, sudah hilang, bahkan setelah waktu berjalan sangat lama, untuk apa berlama-lama disitu?
Well, bukan berarti ketika hubungan berakhir lantas dengan begitu saja melupakan orang tersebut dan sesegera mungkin move on dengan mencari yang lain.
Tapi ya, saya justru sebenarnya lebih setuju seperti itu ajalah, ketimbang menghabiskan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, bertahun-tahun hanya dengan stuck di satu orang.
Semuanya bisa dimulai perlahan. Banyak yang bisa dilakukan, seperti bergaul dengan teman-teman, memperluas relasi dengan setiap orang, fokus dengan kerjaan, traveling, dan lain-lain. Tapi eh tapi, walaupun sudah berhasil dengan semuanya, hidup sudah ceria kembali, pasti bakalan sia-sia kalo hati dan pikiran masih nyangkut di bedebah itu!
That's right....start to open your heart, your mind for someone new!
Ini mungkin bisa jadi langkah terakhir yang bisa dilakukan, karena memang tingkat kesulitannya yang paling tinggi. Tapi ini sebenarnya yang menjadi kunci utama di atas segala-galanya.
Membiarkan hati terkunci (dan mengunci si kampret itu di dalamnya), sampai-sampai orang lain (yang mungkin lebih baik) gak bisa masuk, hanya akan bikin penderitaan tiada akhir!
Dalam periode tertentu hati bisa jadi sakit, kebencian membara, ketika tau si kampret sudah menemukan kebahagiaannya yang lain, sudah sukses, sudah bla bla bla....see?!
So..kawan, marilah hidup mengejar kebahagiaan kita, kebahagiaan kita tidak hanya di satu orang. Tuhan menciptakan orang lain di sekitar untuk berbagi bersama-sama.
Postingan kali ini agak berat, dan saya nulis seperti ini bukan karena sok bijak. Mungkin akan ada yang bilang, " ngomong aja sih gampang, bukan lu yang alami"...
Well, I have faced something like this before, and I made it through!
Kalo saya bisa, kenapa kamu tidak?? Kadar kesabaran dan kemampuan seseorang menghadapi masalah itu memang berbeda, tapi yang pasti jalan keluar itu akan SELALU ada, cepat atau lambat, dan tergantung dari sekuat apa kita berusaha. *aeeeeeeee..sadapppppp :))
Hidup selalu lebih menyenangkan dengan menyimpan bahagia, ketimbang menimbun dendam dan benci.
Yup..bahagia itu gak rumit...it's just so simple, as simple as what you think and your actions!
* GOOD NEWS:
- Berbahagialah tanpa benci dan dendam, dan si kampret akan pangling dengan betapa berseri-serinya kamu, yang mungkin lebih berseri dari dia sepeninggalnya. Atau,
- Berbahagialah tanpa benci dan dendam, dan mungkin si kampret itu akan tetap di sampingmu, jadi teman terbaikmu, dan justru akan memberi energi positif buatmu. Kalo bisa jadi kawan, kenapa harus dijadiin lawan ya gak? :)
Saya sendiri sebenarnya gak habis pikir kalo masih ada orang yang berpendirian seperti itu. Emang gak ada lagi cara ya, cara yang benar-benar ampuh, untuk menemukan kebahagiaan di tempat lain? di orang lain? Heiii, the relationship is over, c'mon.. Okeee, mungkin selalu ada peluang untuk balikan. Kalo peluang itu ada, tanda-tanda itu ada, worth to wait,..fine..berusahalah terus, menunggulah.
Tapi kalo peluang itu sudah tertutup, sudah hilang, bahkan setelah waktu berjalan sangat lama, untuk apa berlama-lama disitu?
Well, bukan berarti ketika hubungan berakhir lantas dengan begitu saja melupakan orang tersebut dan sesegera mungkin move on dengan mencari yang lain.
Tapi ya, saya justru sebenarnya lebih setuju seperti itu ajalah, ketimbang menghabiskan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, bertahun-tahun hanya dengan stuck di satu orang.
Semuanya bisa dimulai perlahan. Banyak yang bisa dilakukan, seperti bergaul dengan teman-teman, memperluas relasi dengan setiap orang, fokus dengan kerjaan, traveling, dan lain-lain. Tapi eh tapi, walaupun sudah berhasil dengan semuanya, hidup sudah ceria kembali, pasti bakalan sia-sia kalo hati dan pikiran masih nyangkut di bedebah itu!
That's right....start to open your heart, your mind for someone new!
Ini mungkin bisa jadi langkah terakhir yang bisa dilakukan, karena memang tingkat kesulitannya yang paling tinggi. Tapi ini sebenarnya yang menjadi kunci utama di atas segala-galanya.
Membiarkan hati terkunci (dan mengunci si kampret itu di dalamnya), sampai-sampai orang lain (yang mungkin lebih baik) gak bisa masuk, hanya akan bikin penderitaan tiada akhir!
Dalam periode tertentu hati bisa jadi sakit, kebencian membara, ketika tau si kampret sudah menemukan kebahagiaannya yang lain, sudah sukses, sudah bla bla bla....see?!
So..kawan, marilah hidup mengejar kebahagiaan kita, kebahagiaan kita tidak hanya di satu orang. Tuhan menciptakan orang lain di sekitar untuk berbagi bersama-sama.
Postingan kali ini agak berat, dan saya nulis seperti ini bukan karena sok bijak. Mungkin akan ada yang bilang, " ngomong aja sih gampang, bukan lu yang alami"...
Well, I have faced something like this before, and I made it through!
Kalo saya bisa, kenapa kamu tidak?? Kadar kesabaran dan kemampuan seseorang menghadapi masalah itu memang berbeda, tapi yang pasti jalan keluar itu akan SELALU ada, cepat atau lambat, dan tergantung dari sekuat apa kita berusaha. *aeeeeeeee..sadapppppp :))
Hidup selalu lebih menyenangkan dengan menyimpan bahagia, ketimbang menimbun dendam dan benci.
Yup..bahagia itu gak rumit...it's just so simple, as simple as what you think and your actions!
* GOOD NEWS:
- Berbahagialah tanpa benci dan dendam, dan si kampret akan pangling dengan betapa berseri-serinya kamu, yang mungkin lebih berseri dari dia sepeninggalnya. Atau,
- Berbahagialah tanpa benci dan dendam, dan mungkin si kampret itu akan tetap di sampingmu, jadi teman terbaikmu, dan justru akan memberi energi positif buatmu. Kalo bisa jadi kawan, kenapa harus dijadiin lawan ya gak? :)
Label:
Ferial's Sincerity
Subscribe to:
Posts (Atom)