Friday, November 9

When Love and Religion Collide

Dan ternyata saya segera datang lagi...

Saya tiba-tiba tertarik mau nulis tentang masalah ini. PERBEDAAN!

Saya tidak ingat kalo pernah sedikit menulis tentang ini juga, tapi saya kembali tergelitik setelah sempat membaca blog seorang teman yang membahasnya.

Sudah pasti, lagi-lagi, pembahasannya tidak jauh dari yang namanya cinta. Cinta yang ditengah-tengah nya ada semacam "tembok tak terlihat" yang namanya perbedaan agama.

Jujur saja saat usia saya masih kecil, bahkan sampai beranjak ABG, segala sesuatu yang diatur dalam norma-norma agama itu sangat membuat saya bergidik ngeri kalo dilanggar.

Sampai pada akhirnya saya se-dewasa ini dan mulai terseret dalam arus kedewasaan, yup, saya menyebutnya sebagai "arus kedewasaan", yang namanya C.I.N.T.A *dibaca sambil nyanyiin lagunya D'Bagindas*

Salah satu problem terbesar dalam jatuh cinta itu adalah perbedaan agama. Wait, ini saya tiba-tiba serius membahas ini apa karena saya mengalaminya? Sudahlah biarkan Tuhan dan saya yang tau. Bukan itu yang inigin saya bahas di sini.

Kembali ke topik, dan to the point saja, saya selalu menganggap positif setiap hubungan percintaan yang dijalani walau dengan perbedaan agama. Dan saya selalu salut dengan mereka yang gigih mempertahankan itu di tengah-tengah doktrin yang melekat dalam masyarakat bahwa cinta beda agama itu tidak dibenarkan.

Saya selalu saja teringat dengan perkataan beberapa orang kepada saya:

" Hitam dan putih itu tidak akan pernah bersatu. Hitam hanya dengan hitam. Putih hanya dengan putih". Atau

" Dalam satu kapal tidak bisa ada dua nahkoda yang menjalankannya. Harus satu, untuk mencapai satu tujuan"

Dulu pertama kali diperdengarkan ke telinga saya, saya mengangguk setuju. Sekarang, tiap mengingatnya lagi, saya hanya bisa mengernyitkan dahi.

Saya tidak bisa menyalahkan agama untuk hal ini. Kita semua sejak lahir sudah hidup dengan beragama. Demikian pula saya, lahir di tengah-tengah keluarga yang sangat kuat agama-nya.

Tapi beginilah memang kenyataannya.

Di satu sisi, setiap orang saya yakin mengangguk setuju dengan statement bahwa TUHAN itu hanya satu, hanya saja setiap agama yang menyebutnya berbeda, dan beribadah kepada-Nya dengan cara yang berbeda pula.

Nah khan, Tuhan cuma satu.....Lantas, hanya karena yang satu beribadah dengan membaca Alkitab dan beribadah ke Gereja, sementara pasangannya melakukannya dengan shalat 5 waktu dan membaca Al-Quran sehingga mereka dilarang saling jatuh cinta?

Saya bukan mau berperan sebagai Tuhan dan sok tau bagaimana cara Tuhan berpikir dan bekerja, tapi siapa sih yang ciptakan kita? yang menggerakkan kita? yang membuat kita berpikir? yang menciptakan cinta? yang meminta kita menyebarkan cinta di muka bumi?

Jika cinta dibawa-bawa untuk menyatukan dua suku atau dua negara yang bertikai, kenapa cinta masih begitu sulit dipakai untuk menyatukan 2 agama? 

Jika pada akhirnya pasangan itu akan hidup berkeluarga dengan agamanya masing, atau salah satunya mengikuti agama pasangannya, buat saya hanyalah hasil akhir dari semuanya. Murni dari keputusan mereka, urusan mereka dengan Tuhan. Jika mereka saling mencinta, rajin beribadah, dan tak henti-henti memuliakan nama Tuhan, nah, untuk apa kita berusaha menentang itu?

Saya menulis bukan untuk melawan norma-norma agama, atau sok tau, terlebih mencoba memberontak, saya hanya mau kita sadar masih banyak hal lain yang pantas untuk kita perdebatkan di luar sana ketimbang mengatur urusan orang lain dengan Tuhan-nya.


~ For those who stand still with their love, no matter what...


No comments: