Saturday, March 10

Why AC Milan...??


Saya tergerak untuk menuliskan tentang sebuah klub paling prestisius dan tersukses se-jagad raya ini. Apalah artinya saya menganggap diri seorang Milanisti kalo saya tidak mempunyai waktu, walaupun sedikit, untuk sekedar menyingkap alasan saya begitu mengagumi si Rossoneri ini.

Saya tidak perlu menjelaskan dengan detail, sudah banyak yang tau, setidaknya pernah mendengar tentang klub sepakbola asal Italia ini. Klub yang identik dengan warna kebesara merah-hitam yang sekali lagi adalah klub terrsukses dengan koleksi trophy di hampir smua komepetisi bergengsi benua Eropa bahkan seluruh dunia.

Kali ini saya tidak akan membahas lebih dalam tentang AC Milan, tapi ingin sedikit bercerita tentang bagaimana saya bisa sampai begitu mengidolakan dan mencintai klub ini.

Saya dilahirkan di keluarga dari seorang ayah yang sangat menyukai sepakbola. Si ayah waktu mudanya sangat gemar bermain bola, bahkan sampai saya lahir dan menginjak sekolah pun beliau masih sering bermain sepakbola dengan teman2 kantornya.
Saya sendiri tidak tau dan tidak mau tau apa klub sepakbola favoritnya, maklum anak kecil, hanya lebih suka main bola aja. Tapi yang aku tau dia pernah memamerkan sebuah jersey tim nasional Jerman ke saya.

Sampai suatu ketika di ulang tahun saya, kalo gak salah ingat ulang tahun ke-10, saya diberikan sebuah kado istimewa, kado yang di masa depan akan selalu kuingat dan jadi "jalan pembuka" hubungan dengan AC Milan.
Beliau memberikan sebuah topi dengan kombinasi warna merah, hitam, dan putih, dengan bordir sebuah logo di tengahnya. Di samping kiri kanan topi itu tertulis AC Milan!

Saya diceritakan oleh beliau kalo AC Milan itu adalah klub sepakbola dari Italia, klub sepakbola favoritnya. Dan dia menyebut sebuah nama dari pemain idolanya, Van Basten.
*pantesan nama anjing kesayangan di keluarga kami diberi nama Basten, mungkin ada hubungannya dengan pesepakbola idolanyaa ini. Bukan berarti si Van Basten ini disamain dengan anjing ya :) *

Mulai dari situ, tiap AC Milan berlaga di layar TV saya selalu diajak untuk sama2 menonton. Lama kelamaan saya pun jatuh hati dengan klub ini. Saat si ayah tidak sempat menonton karena harus bekerja shift malam, saya pasti bela-belain menonton dan menceritakan hasilnya keesokan hari saat beliau pulang kantor, tentu saja perjuangan menonton bola malam2 sangatlah berat untuk anak seusia SD seperti saya. Harus berantem dulu dengan si Ibu :))

Akhirnya dari waktu ke waktu, AC Milan sudah mulai "merasuk" di dalam diri. Saya sudah mengenal banyak pemain2nya, beberapa di antaranya si Oliver Bierhoff dengan sundulan mautnya, Zvnonimir Boban si playmaker ajaib, Demetrio Albertini yang larinya super kencang, sampe si kapten Paolo Maldini.

Saya resmi seorang Milanisti!

7 tahun setelah saya "mengukuhkan" diri sebagai pengagum Milan, tanggal 02 Maret 2003 akan jadi salah satu cerita yang paling menyedihkan dan akan selalu saya ingat.

Hari itu hari Minggu malam, pertandingan antara AC Milan vs Atalanta. Saya berencana nginap dan menonton di rumah nenek. Beberapa jam sebelum pertandingan disiarkan, saya masih ngobrol2 dengan si Ayah yang kebetulan malam itu bersama Ibu saya lagi di berkunjung ke rumah nenek. Kami sharing cukup banyak tentang pertandingannya, termasuk line up yang akan diturunkan. Tak ada pertanda aneh saat itu. Sampai akhirnya mereka pamit pulang ke rumah dan kami janjian nontonnya. Saya di rumah nenek, beliau di rumah kami.

Skor saat itu saya ingat berakhir 2-2, Maldini mencetak gol bunuh diri. Tepat setelah pertandingan saya buru2 tidur, takut diomelin nenek. Tak berapa lama setelah itu telpon berdering, dan dari sana suara Ibuku yang sedang menangis memberitahukan kalo Ayahku tiba2 muntah dan tak sadarkan diri. Dan ketahuan ternyata waktu beliau lagi nonton bola sambil makan duren, 1 buah utuh, seorang diri! Yang jadi masalah, sudah beberapa hari beliau memang lagi kurang sehat. Tekanan darahnya lagi tinggi, dan akhirnya makin parah dari efek duren yang beliau makan itu.

Kami segera menuju Rumah Sakit tengah malam itu, beliau sudah di ruang ICU, tidak sadarkan diri,dengan berbagi macam selang dan perangkat2 lain di tubuhnya.

Tepat jam 6 pagi, 03 Maret 2003, beliau akhirnya dipanggil Tuhan. Saya amat terpukul, kehilangan kepala keluarga, kehilangan panutan. Di sisi lain dari semua itu, saya kehilangan seorang teman untuk berbagi tentang serunya cerita klub favorit kami, AC Milan.

Di samping jasad beliau yang sudah membujur kaku saat itu, dengan berlinang air mata, saya masih menyempatkan untuk sharing terakhir kalinya dengan beliau. Saya bercerita tentang bagaimana pertandingan semalam, dan kecewanya saya dengan gol bunuh diri yang dicetak Maldini, saya yakin beliau pun merasakan yang sama saat itu. Saya sangat menyesal tidak menonton pertandingannya bersama beliau sebelum beliau pergi selama-lamanya, seperti yang dari dulu kami lakukan.

Beberapa bulan setelahnya, AC Milan seperti menghadiahkan kado penghiburan buatku, penghiburan buat arwah beliau yang saya percaya juga menonton dari atas sana. Ya, Milan menjadi juara Liga Champion setelah mengalahkan Juventus di partai final dalam adu penalti. Setelah Shevchenko mencetak gol penentu, suara kegirangan saya yang lagi nonton sendiri saat itu didengar oleh adik saya yang paling bungsu, Ino, umur 11 bulan, dia terbangun, dan tanpa saya sadari saya menggendong dia dan kami merayakan kemenangan itu sama2 di ruang tengah. Ajaibnya dia tidak rewel, tidak nangis sama sekali, Si Ibu yang liatinnya juga cuma bisa tersenyum dan geleng2 ngliatin tingkah 2 bocah lelakinya yang joget2 gak jelas jam 4 subuh.

Sambil masih menggendong Ino, saya berucap dalam hati, "Pak, AC Milan kita menang Champion, tersenyumlah di sana ya. FORZA Milan!"

Seperti itulah sedikit cerita saya tentang salah satu "warisan" yang ditinggalkan almarhum Ayah untuk saya, yang sampai selamanya, sampai mati, seperti beliau, akan selalu kubawa dan kuagungkan.

AC MILAN!


1 comment:

Unknown said...

Ane mrinding, sedih, & terharu gan baca blog ente :')

FORZA MILAN !