Iseng2 setelah membaca beberapa resensi film2 terbaru yang akan keluar, saya jadi tertarik untuk mengangkat “Bioskop” sebagai bahan “pergunjingan” saya di postingan kali ini.
Bukan ingin membahas sejarah penemu Bioskop yang konon dimulai dengan alat sederhana berupa dua batang bambu yang ditancapkan di tanah terus dipasangi layar besar dan ditonton orang satu kampung di tanah lapang. Entah apa namanya, saya lupa, yang pasti masih belum memakai istilah “Bioskop”.
Whateverlah, yang pasti kali ini saya cuma tertarik untuk ber-kaleidoskop tentang saya dan bioskop, bla bla bla.
Front Seat
Saya yakin 85% orang yg hobi nonton bioskop teramat mengharamkan yang namanya kursi di barisan paling depan. Jangankan yang barisan pertama, untuk barisan kedua dan ketiga pun orang masih mikir2 kalo cuma itu yang tersisa. Masih mending nontonnya di pending dulu daripada tak menikmati nantinya.
Saya sendiri masuk kategori tersebut. Sapa juga yang mau keluar dari biskop terus pada akhirnya divonis “Unresponsive Neck Syndrome” gara-gara 2 jam nonton film dengan kepala mendongak dan tanpa henti bergerak ke kiri, kanan, kiri, kanan lagi, dst (ini untuk film barat – sambil baca teks). **untuk lebih jelasnya, silahkan praktek sendiri**
Kedua kali dan terakhir kalinya saya duduk di barisan terdepan waktu nonton “Snake On The Plane”, sudah capek2 saya yg antriin tiketnya, eh, gara2 harus jemput teman yg telat, saya harus rela dapat tempat terdepan berdua dengan si kawan, sementara yang lain dengan nikmatnya menikmati film dari barisan paling representatif. Sekali lagi, saya yang meng-antri untuk beli tiket mereka! Sungguh biadab mereka itu.
Terus yang pertama kali kapan? Waktu itu saya masih kelas 6 SD, pertama kali dan terakhir kalinya nonton bioskop dengan ayah, ibu, dan adik **so sweeet*. Filmnya?? TITANIC! Mantab juga orang tua ini ngajak anak mereka yang masih di bawah umur nonton film orang dewasa. Dan mereka dengan sadar dan tanpa pengaruh apa2 memilih tempat duduk paling depan. Alasannya biar nontonnya lebih enak, dan lebih jelas **alasan yang dengan senang hati diterima oleh anak SD, tapi dijamin jadi bahan utama pertengkaran rumah tangga kalo anaknya sudah sebesar sekarang ini**
Pre-Movie
Jingle nya Pepsi + 21 pasti selalu yang jadi salam pembuka. O iya, buat yg belum tau yang nyanyiin adalah The Cloud Room – Hey Now Now.
Khusus buat bioskop TO Makassar *TO = Twenty One - istilah anak2
In-Movie
Sudah pasti kalo film nya sudah main orang cuma mau liat dan dengar film nya. Nah, di sini ini kadang banyak muncul figuran2 dari dunia nyata yang mungkin tidak sadar sudah berhasil memecah konsentrasi penonton ato memang dengan sadar melakukan tapi berhubung “kampungan” nya yang sudah berakar jadi tidak bisa dibendung lagi. Saya coba meng-kategorikan orang2 tersebut sebagai berikut:
- Penonton teramat tak sopan: Biasanya pemandangan orang menaikkan kaki ke atas kursi sambil nonton sudah biasa, ato setidaknya menjulurkan kaki ke bagian belakang kursi penonton di depan mereka. Saya pun sering melakukan demikian. Tapi ada juga orang yang dengan biadabnya meletakkan kakinya di bagian atas sandaran kursi di depannya, jadi kakinya itu sudah sejajar dengan kepala orang yg nonton di depannya itu, ckckckck...sungguh oh sungguh....!
- Penonton kampungan: Saya memilih sebutan ini karena orang seperti ini yg paling saya benci kalo nonton di bioskop. Kadang tiba2 ketawa sendiri (ato dengan teman2nya) pas semua lagi asik2 nonton, padahal dak ada yg lucu di filmnya. Ato dengan sengaja keluarkan suara2 aneh untuk menarik perhatian, belum lagi kalo ada yg terima telpon terus volume suaranya lebih besar dari volume film nya **Oh, God..!!!!**.
- Penonton peramal: Orang ini yang kayak gini yang sepertinya tau dengan apa yang akan terjadi di film itu. Contohnya, " tenang aja habis ini jagoannya lompat dari jendela terus gelantungan, pokoknya dia lolos dari kejarannya si musuh". Entah itu memang tebakannya yang benar, ato dia sudah nonton sebelumnya. Tapi suaranya yang bikin orang se-bioskop dengar itu yang menjengkelkan.
Tidak ada yang spesifik yang bisa diceritakan kalo film nya sudah habis, kecuali pengalamanku yang kehilangan dompet di kursi penonton gara2 nonton "Spiderman 2". Akibatnya?? sampe sekarang saya tidak punya SIM, malas ngurus **hahaha, informasi ga penting!!**
Bioskop As I Know
Ada sedikit cerita lagi tentang bioskop.
Saya tinggal di Bali dan awalnya cuma tau 1 biji bioskop yang paling terkenal dan satu2nya jadi andalan di sini. Kalo dak salah namanya Galeria 21. Ok, saya tidak mau membahas itu..
Setelah beberapa waktu di sini, akhirnya saya tau 1 lagi bioskop yang terletak di pusat Denpasar, hmmmm..saya lebih baik tidak menyebut namanya lah. Bioskop ini terletak di kompleks Ruko tua (yang sepertinya dulu bekas Department Store atau sejenisnya), dan bioskop ini hanya tinggal satu2nya penghuni di situ.
Belakangan saya tau kalo itu ternyata adalah 21 juga..! **damn!!! kayaknya ini satu2nya Biskop 21 yg paling memprihatinkan**
Berhubung sudah tua, film2 yang tayang di situ juga adalah film2 "buangan" dari Galeria 21. Bukan berarti film yang tidak berkualitas. Tapi yang sudah lama turun dari peredaran. Tapi kalo namanya penggemar film sepertiku, mau buangan kek, apa kek, kalo berkualitas ya tetap harus diburu. Lagian nonton di bioskop ini jauh lebih murah, cukup Rp 10.00 sajjahh **tidak ada istilah nomat, nobar, no smoking, dsb**
O, ya, ada cerita menarik yang sampe di telingaku tentang bioskop "renta" ini. Di dalamnya ada 4 Teater. Berikut Faktanya:
- Teater 1: Paling bagus dari semuanya, AC nya masih lumayan dingin
- Teater 2: Lumayan lah, AC nya juga masih cukup terasa
- Teater 3: Not good enough, AC nya dak terlalu bagus, agak panas
- Teater 4: Berhantu..!!
Well, kayaknya segini ajalah pembahasan bioskopnya. Sekalian saya akhiri dengan sebuah fakta terakhir kalo di hampir seluruh bioskop (termasuk 21), sadar ato tidak, ternyata tidak ada deretan kursi huruf "I".
Why?? hehehehehe...**background: musik horor**
No comments:
Post a Comment