Thursday, March 29

Kontra Metamorfosis




Saya kembali siap untuk ditertawai. Sangat menyenangkan bisa melihat orang tersenyum dan tertawa mengomentari betapa narsisnya saya ini, walau dengan tampang seadanya.

Saya ingat pernah mengumpulkan beberapa foto dari jaman dulu sampe yang terbaru dan menjadikannya dalam satu file, dan seperti itulah yang ada di atas hasilnya.

Ada semacam kepuasan tersendiri bisa membuat orang lain tau bagaimana saya bisa ber-metamorfosis dalam hidup ini. Tapi dengan kerendahan hati saya mengakui kalo saya menyebutnya Kontra-Metamorfosis.

Yup, kalo metamorfisis yang normal itu, biasanya dari yang paling menggelikan (ulat), aneh (kepompong), sampe jadi cantik (kupu-kupu). Nah, dalam kasus saya sebaliknya, dari yang lucu dulu sampe akhirnya "berantakan"!

Ok lah, di cekidot saja. mulai dari foto paling atas sebelah kiri.

Foto 1, masih lucu-lucunya, baru beberapa bulan setelah lahir. Mirip anak2 keturunan tionghoa, maklum saya banyak mengadopsi darah Manado dari si Ayah. Satu yang unik dalam keluarga kami, mulai dari saya, adik saya, sampe sepupu-sepupu, di usia yang kurang lebih sama, pasti para orang tua hobi memotret kami dengan gaya tengkurap seperti itu di atas meja ruang tamu!

Foto 2, masih lucu, usia genap 1 tahun. Ini adalah foto di hari ulang tahun saya, waktu lagi memotong *lebih tepatnya memporak-porandakan* nasi tumpeng perayaan ultah saya itu. Jiwa pengacaunya sudah nampak, sodara-sodara!

Foto 3, masih imut, usia kira-kira 2 tahun. Satu yang saya ingat dari foto ini, baju, celana dan sepatu yang saya pake itu pada akhirnya ikut raib waktu rumah kami kemasukan maling. Ini maling sebenarnya pengen ngasi anaknya atau dipikirnya baju anak umur 2 tahun itu berharga mahal yak?!

Foto 4, kelas 1 SD, ini foto kelas untuk dimasuikin dalam buku rapor. Ini kayaknya difoto pagi-pagi sekali sebelum kelas dimulai, makanya matanya bengkak. Mungkin aslinya mata saya seprti itu, ato mungkin juga abis nangis gara2 dicambuk dengan dengan sapu lidi sama si kakek karena malas bangun. Ahhhh..sudahlah. gak usah dibahas.

Foto 5, mungkin kelas 3 atau 4 SD. Ini foto di bandara. Saya ingat waktu jaman SD dulu, tiap si Ayah masuk kerja shift pagi, pasti tiap malam saya dan adik perempuan ngikut si Emak untuk jemput. Banyak benefits yang bisa didapat tiap kali menjemput si Ayah di kantor, yang waktu itu kerja di Airport. Bisa liat pesawat dari dekat, bahkan sampe masuk ke tengah landasan, naik2 tangga pesawatnya, bisa masuk ke dalam lorong waktu *alias mesin X-Ray*.
Yup, dulu itu saya paling hobi masuk ke dalam mesin x-ray yang lagi jalan, terus si adik yang liat isi badan saya lewat monitor. Belum lagi ketemu dengan teman2 si Ayah yang baik hati, kadang ngasi coklat, kadang ngasi duit. Unforgetable!

Foto 6, ini sudah masuk masa puber. Kalo gak salah waktu SMP. Di sinilah saat-saat dimana saya sudah mulai menyadari dan meragukan ketampanan saya sendiri. Sebelum masuk SMP merasa yang paling ganteng, ternyata di luar sana masih banyak yang lebih "manusiawi" mukanya.

Foto 7, ini waktu SMA. Masa yang paling saya ingat dimana tingkat narsis saya lagi berada di puncaknya. Seolah-seolah gak peduli dengan tampang asli, saya justru banyak "memamerkan" kekurangan ini dengan berbagai cara. Lewat nge-band lah, ikut kompetisi English speech lah, bla bla bla. Miris!

Foto 8. Awal masuk kuliah. Mulai lupa diri, sisa2 narsis waktu SMA tak juga hilang. Parahnya lagi gara2 terjebak dalam pergaulan bebas, di saat semua geng2 seusia saya asik tawuran, balapan liar, nge-drugs, dll, justru saya dan teman2 se-geng malah hobi vacation, foto2 studio dan photo box. Luar biasa!

Foto 9. Semester 3 kuliah, sudah kembali ke jalan yang lurus. Sudah mulai menyadari kekurangan diri sendiri dan meng-let it flow-kan nya. Foto ini diambil di Bali waktu lagi kuliah praktek. Di momen2 inilah saya merasa outer performance saya berada pada titk yang rendah. Tampang acak2an, badan kurus, malas merawat diri, dll.

Foto 10. Sebenarnya foto ini diambil sekitar 2 tahun yang lalu. Tapi cukuplah mem-presentasikan diri saya yang sekarang sudah menjalani hidup sebenarnya sebagai seorang manusia. Menanggalkan prilaku ababil menuju proses yang lebih dewasa...weitsssssss...dewasa!

Sekian dan terima kasih!












Keep Trying!

Sekedar quote buatan sendiri dan penghiburan untuk diri sendiri

" Jika sebuah rencana atau suatu hal yang diinginkan memang tidak seharusnya terjadi, maka tak akan-lah itu terjadi. Bahkan di saat kita menyangka itu sudah pasti dan amat sangat dekat. Apa yang bisa kita lakukan hanya menerima, tapi kemudian berusaha untuk merencanakan dan melakukannya lagi sedetik kemudian, saat itu juga" - FERIAL

Mari terus mencoba, mencoba, dan mencoba.

Friday, March 23

Nyepi Keempat

Tidak terasa sudah lebih dari 3 tahun rupanya saya memijak bumi dan menapak langit di Pulau Bali.

Hari ini, 23 Maret 2012, adalah Hari Raya Nyepi. Ya, ini sudah kempat kalinya saya ngerayain Nyepi di sini...Ok, lebih tepatnya sebenarnya bukan ngerayain ya, ngerayain bagi saya itu lebih ke pesta, hingar bingar, lampu, dan sebagainya. Justru sebaliknya, disini dilaksanakannya dengan tingkat aktifitas seminimal mungkin. Namanya juga Nyepi. (saya yakin seyakin-yakinnya banyak gak setuju dengan teori saya ini :)

Ok, kembali ke topik, sama seperti tahun-tahun sebelumnya nyepi tahun ini masih sama (ya iyalahhhhhhh!), gak ada penerangan, suara dibatasi pada volume terkecil, bahkan sampe siaran TV pun diilangin. Hanya ada satu yang jadi akibat.......KEBOSANAN!

Bukan berarti tak menghargai Nyepi, tapi sebagai umat Non-Hindu yang tak merayakan dan tak tau harus ngapain, ya beginilah jadinya. Di kamar sendiri, lampu mati, gak bisa nonton tv......menyedihkan :(

Untunglah punya jalan keluar.......DVD-ing!

Memang ini sudah saya antisipasi dari kemarin, dan untuk mensukseskannya, saya berhasil "ngerampok" stok DVD punya teman, Dan disinilah saya seharian ini. Mengurung diri di kamar dengan rentetan2 film yang sambung menyambung, mau nonton sampe mata rabun pun ayuklahhhhh....

Ngomong2 soal Nyepi, saya pernah mendengar cerita yang menarik dan cukup mencengangkan, ya walaupun saya sendiri tidak bisa membuktikan kebenarannya, tapi apa salahnya untuk dipercaya.

Jadi saat Nyepi itu, Pulau Bali sudah pasti akan nampak seperti kota mati, dan sekali lagi tanpa ada penerangan. Lampu jalanan, lampu2 rumah dan gedung yang nampak dari luar dimatiin semua. Hanya penerangan seadanya yang diperbolehkan di dalam rumah, tapi ya itu dia, gak boleh sampe nampak dari luar.

Nah, namanya juga tak ada penerangan satu pun yang nampak dari luar, sudah pasti seluruh penjuru Pulau Bali ini kalo malam hari akan gelap gulita. Kalo diliat dari langit, ato sebut saja dari luar angkasa, di antara pulau-pulau utama di Indonesia, normalnya hanya pulau Bali aja yang paling tak mencolok. Jadi yang tergelap di antara yang terang. Tapi menurut yang "katanya" pernah melihat dari atas sana, justru Pulau Bali yang paling benderang di antara semuanya, seperti ada cahaya menyilaukan yang entah darimana asalnya. Sekali lagi itu "katanya" loh ya. Saya cuma pernah mendengar dan tak pernah melihatnya langsung, kecuali nanti kalo saya sudah jadi astronot. Makanya saya harus belajar yang giat dan rajin minum susu, biar saya pintar dan bisa mewujudkan cita2 saya itu, Aminnnn! (ini apa sihhhh??)


RAHAJENG NYANGGRA NYEPI buat semua umat Hindu yang merayakan.

BE BLESSED!

Tuesday, March 20

Step Out From The "Comfort Zone"

Melangkah keluar dari "zona nyaman"

Istilah "comfort zone" memang benar adanya. Dalam hal apapun itu. Khususnya dalam lingkup pekerjaan. Kadang kita berada pada situasi di mana sudah merasa "cukup" . Gaji pas, suasana kantor menyenangkan, kerjaan juga lancar, mau apa lagi?

Tanpa bermaksud merendahkan pekerjaan yang sudah dimiliki, kita sering tidak menyadari bahwa ada peluang untuk mendapatkan yang lebih baik. Siapa yang tidak mau menjadi lebih baik? Karir lebih baik, keuangan lebih baik, kehidupan lebih baik. Tapi pandangan kita ke arah yang lebih baik itu tanpa disadari terhalang dengan kenikmatan yang sudah dirasakan sekarang, atau bahkan kita memang sengaja membutakan mata kita untuk itu.

Ok lah, di beberapa kasus memang rejeki setiap pribadi udah mentok aja disitu, dan saat dia sudah merasa cukup, ya wajar aja dia tidak merasa perlu untuk melirik yang lain. Tapi lain halnya disaat kita sebenarnya masih bisa berkesempatan untuk mendapat lebih dan kita justru memutuskan untuk tidak melangkah.

Saya bersyukur akhirnya bisa sekali lagi mendorong diri untuk melakukan lebih. Setidaknya itu pikiran saya sekarang ini, walaupun apa yang dihadapin di depan nanti masih tanda tanya, tapi yang terpenting saya berani mencoba.

Satu lagi contoh kecil, kadang orang merasa sudah betah di "comfort zone" dengan statusnya sebagai mahluk single alias jomblo. Hanya ada 2 kemungkinan,

1. Dia merasa lebih bebas, setidaknya untuk sementara waktu, atau mungkin jangka panjang, untuk lebih mengekspresikan diri seorang diri tanpa harus terikat dan terpengaruh dengan pribadi orang lain.
2. Memang gak laku-laku

Untuk poin kedua ini, selain kedengarannya "sadis" bagi kaum "Tuna Cinta" tersebut, tidak adil juga harus men-judge mereka tidak laku. Bukankah jodoh itu sudah ada yang atur? Mungkin saja dia sudah dipersiapkan jodohnya oleh Tuhan, tapi tidak sekarang. Mungkin di kehidupan berikutnya! (halllaahhhh!)

Dan poin pertama itu memang bisa diterima, tapi tetap kembali ke kodrat manusia sebagai mahluk sosial, yang juga butuh mencintai dan dicintai. Suatu saat harus berani keluar dari "zona nyaman" sebagai manusia jomblo untuk mencari pasangan dari kepingan hatinya itu (syahduuuu). Nah, yang tidak bisa diterima itu mereka yang memang mendedikasikan hidupnya untuk segala hal selain cinta. Pada akhirnya bisa diliatlah bagaimana kepribadian mereka ke depan,sebagai perjaka (mungkin) tua atau perawan (mungkin) tua. Di mata kawula muda mereka tak ubahnya sosok berdarah dingin (no offense). **hahahaha, iya emang???*

Bisa keliatan khan gimana pentingnya untuk keluar dari "zona nyaman" itu? Yup....sebenarnya kunci utama itu hanya satu. Keberanian untuk melangkah...!

Sekarang bukan jamannya MOVE ON lagi. Sekarang waktunya FLAME ON! Penuh semangat, berapi-api,menggebu-gebu untuk menjadi pribadi yang lebih mantab! 

MERDEKA!



Saturday, March 10

Gunung Agung dan Pengalaman Hidup



Hari ini genap seminggu setelah perjalanan dan petualangan yang takkan saya lupakan seumur hidup,pengalaman di dalam agungnya Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali.

Hari itu,Sabtu siang,tanggal 4 Maret 2012.
Saya dan tim berjumlah 9 orang sudah mengecek perlengkapan dan perbekalan...semua ok!
Tepat jam 2 siang kami bergerak menuju Pura Besakih, starting point kami untuk memulai pendakian.

Jam 3.30 kami tiba disambut hujan,yang walaupun tidak cukup deras tapi membuat perasaan agak tak nyaman. Jas hujan dipakai,dan kami pun bergerak. Melewati kompleks Besakih,jalan masih beraspal dan menanjak. 10 menit brjalan kami tiba di sebuah Pura kecil untuk melakukan sembahyang bagi rekan2 kami beragama Hindu. Kesempatan itupun kami sempatkan,yg non-Hindu utk bersama berdoa.

Semua beres,perjalanan dilanjutkan,kami memasuki semacam area perkebunan dgn jalur paving block yang rupanya berujung di sebuah Pura lagi. Selepas dari Pura itulah kami memasuki kawasan hutan tropis Gunung Agung,ditemani hujan,kabut,dan udara dingin kami menapaki jalur kecil yg curam dan menanjak.

Jam demi jam berlalu rute yg dilalui semakin berat. Hujan tak jg berhenti,udara semakin dingin,dan langit mulai gelap. 6 jam sudah berlalu,tanda2 camp point masih blum terlihat. Kelelahan,ngantuk,dan lapar bikin perasaan makin tak karuan. Makan malam sengaja kami tunda sebelum tiba di camp point nanti. Alhasil,hanya dgn beberapa teguk air dan makanan ringan stiap persinggahan tdk cukup untuk mengisi tenaga.

Puncaknya,sekitar jam 22.30,senter yg sy pegang tiba2 mati,alhasil sy harus brjalan hnya dengan bantuan cahaya remang2 dr senter teman di depan dan belakang yg brjarak sekitar 2.5 meter. Dan musibah itu datang...

Kemungkinan pengaruh lelah dan ngantuk,ditambah penerangan yg tak maksimal,di sebuah tanjakan sy menghindari menapak pada batu yg tinggi d sebelah kiri dan memilih menginjak tanah yg keliatan lbh landai d sebelah kanan di bibir jurang.

Saya tdk sadar kalo ternyata itu bukan tanah padat,dan tiba2 sj langsung runtuh,menyeret saya jatuh ke dalam jurang,saya masih sempat melihat teman saya yang berusaha menolong,tp hanya jas hujanku saja yg berhasil diraih.

Saya semakin jauh terperosok,tanah tempat saya untuk pegangan semuanya runtuh,mungkin pengaruh basah karena hujan. Saya sempat terguling 2x kebelakang karena hilang keseimbangan. Saat saya sudah putus asa tiba2 saya meraih sebatang pohon yang tumbuh di dinding jurang itu (sudah seperti adegan film aja)

Saya akhirnya bertumpu dan berpegangan di batang pohon itu.
Masih hidup...

Saat itulah saya melihat ke atas dan mengukur sepertinya saya jatuh sedalam 10 meter. Saat itu pulalah saya menyahuti teriakan teman2 yang dari tadi memanggil namaku. Saya pun menyadari klo saat itu berada di antara hidup dan mati. Setiap saat dahan tempat saya berpijak ini patah,saya pasti akan jatuh semakin dalam ke jurang yang dibawahnya itu gelap gulita. Saya menoleh ke bawah dan tak berani berpikir apa yang ada di sana.

Saya mulai menguatkan diri,tentu saja saya sadar kekuatan itu bukan asalnya dari saya,hanya DIA yang mampu memberikan itu pada saya. Tak hentinya saya menyebut dan memohon kepada Tuhan untuk tidak meninggalkan saya,untuk tetap memegang tangan saya di dalam sana.

Tak ada tali yang kami siapkan dalam pendakian itu,jalan satu2nya hanya dengan menggapai jas hujan yang diulur oleh teman saya. Masalahnya jas hujannya gak sampai meraih lokasi jatuh saya,dan itu memaksa saya untuk menapak naik untuk meraih si jas hujan.

Untungnya saya jatuh di di daerah tanah gembur jadi mengurangi resiko terluka,dan saat itu saya sadar klo saya tidak terluka sama sekali,ada sich,cuma luka lecet kecil di lutut. Sialnya saya jatuh di tanah gembur,tanahnya jadi rentan longsor dan tidak bs dijadikan pegangan untuk menapak naik karena gerakan sedikit saja sudah bikin tanahnya runtuh.

Untunglah ada sedikit celah dan saya perlahan-lahan bs menapak naik. Saat akhirnya bisa meraih ujung jas hujan itu,disitulah keberanian dan kekuatanku dipertaruhkan. Kalau pegangan saya terlepas atau jas hujannya sobek sdh bs dipastikan saya akan jatuh semakin jauh ke bawah.

Setelah saya merasa siap,dgn segala daya saya berpegangan dan mengangkat tubuhku,sembari ditarik sama teman.Berhasil...

Entah darimana asalnya kekuatan itu,tapi yg pasti saya berhasil lolos dari jurang itu. Tak henti2nya saya mengucap syukur pada Tuhan untuk pertolongan-Nya melalui teman2 saya. Tak satu katapun terucap dari kami saat itu,hujan,dingin,rasa lelah dan lapar seketika musnah. Masih membayangkan musibah yg menimpa tadi.

Akhirnya setelah berdiskusi kami memutuskan tidak meneruskan pendakian dan memutuskan membangun camp di sekitar situ. Mental dan tenaga sudah tidak ada lagi. Dan akhirnya kami sukses melewati malam itu hanya beberapa ratus meter lg sebelum puncak Gunung Agung

Esok harinya disambut dengan matahari yg bersinar cerah,pemandangan dr tempat kami membangun camp pun sudah sangat indah,kami sudah cukup bersyukur mampu sampai di titik ini. Terlebih saya,yg begitu bahagia dengan hidup yg masih diberikan oleh Tuhan untuk menikmati indah ciptaan-Nya. Kami sudah bangga dgn pencapaian ini. Kali ini kami mungkin ditaklukkan oleh Gunung Agung, tapi kami berjanji suatu hari akan datang lagi dan menaklukkannya.

Published with Blogger-droid v2.0.4

Why AC Milan...??


Saya tergerak untuk menuliskan tentang sebuah klub paling prestisius dan tersukses se-jagad raya ini. Apalah artinya saya menganggap diri seorang Milanisti kalo saya tidak mempunyai waktu, walaupun sedikit, untuk sekedar menyingkap alasan saya begitu mengagumi si Rossoneri ini.

Saya tidak perlu menjelaskan dengan detail, sudah banyak yang tau, setidaknya pernah mendengar tentang klub sepakbola asal Italia ini. Klub yang identik dengan warna kebesara merah-hitam yang sekali lagi adalah klub terrsukses dengan koleksi trophy di hampir smua komepetisi bergengsi benua Eropa bahkan seluruh dunia.

Kali ini saya tidak akan membahas lebih dalam tentang AC Milan, tapi ingin sedikit bercerita tentang bagaimana saya bisa sampai begitu mengidolakan dan mencintai klub ini.

Saya dilahirkan di keluarga dari seorang ayah yang sangat menyukai sepakbola. Si ayah waktu mudanya sangat gemar bermain bola, bahkan sampai saya lahir dan menginjak sekolah pun beliau masih sering bermain sepakbola dengan teman2 kantornya.
Saya sendiri tidak tau dan tidak mau tau apa klub sepakbola favoritnya, maklum anak kecil, hanya lebih suka main bola aja. Tapi yang aku tau dia pernah memamerkan sebuah jersey tim nasional Jerman ke saya.

Sampai suatu ketika di ulang tahun saya, kalo gak salah ingat ulang tahun ke-10, saya diberikan sebuah kado istimewa, kado yang di masa depan akan selalu kuingat dan jadi "jalan pembuka" hubungan dengan AC Milan.
Beliau memberikan sebuah topi dengan kombinasi warna merah, hitam, dan putih, dengan bordir sebuah logo di tengahnya. Di samping kiri kanan topi itu tertulis AC Milan!

Saya diceritakan oleh beliau kalo AC Milan itu adalah klub sepakbola dari Italia, klub sepakbola favoritnya. Dan dia menyebut sebuah nama dari pemain idolanya, Van Basten.
*pantesan nama anjing kesayangan di keluarga kami diberi nama Basten, mungkin ada hubungannya dengan pesepakbola idolanyaa ini. Bukan berarti si Van Basten ini disamain dengan anjing ya :) *

Mulai dari situ, tiap AC Milan berlaga di layar TV saya selalu diajak untuk sama2 menonton. Lama kelamaan saya pun jatuh hati dengan klub ini. Saat si ayah tidak sempat menonton karena harus bekerja shift malam, saya pasti bela-belain menonton dan menceritakan hasilnya keesokan hari saat beliau pulang kantor, tentu saja perjuangan menonton bola malam2 sangatlah berat untuk anak seusia SD seperti saya. Harus berantem dulu dengan si Ibu :))

Akhirnya dari waktu ke waktu, AC Milan sudah mulai "merasuk" di dalam diri. Saya sudah mengenal banyak pemain2nya, beberapa di antaranya si Oliver Bierhoff dengan sundulan mautnya, Zvnonimir Boban si playmaker ajaib, Demetrio Albertini yang larinya super kencang, sampe si kapten Paolo Maldini.

Saya resmi seorang Milanisti!

7 tahun setelah saya "mengukuhkan" diri sebagai pengagum Milan, tanggal 02 Maret 2003 akan jadi salah satu cerita yang paling menyedihkan dan akan selalu saya ingat.

Hari itu hari Minggu malam, pertandingan antara AC Milan vs Atalanta. Saya berencana nginap dan menonton di rumah nenek. Beberapa jam sebelum pertandingan disiarkan, saya masih ngobrol2 dengan si Ayah yang kebetulan malam itu bersama Ibu saya lagi di berkunjung ke rumah nenek. Kami sharing cukup banyak tentang pertandingannya, termasuk line up yang akan diturunkan. Tak ada pertanda aneh saat itu. Sampai akhirnya mereka pamit pulang ke rumah dan kami janjian nontonnya. Saya di rumah nenek, beliau di rumah kami.

Skor saat itu saya ingat berakhir 2-2, Maldini mencetak gol bunuh diri. Tepat setelah pertandingan saya buru2 tidur, takut diomelin nenek. Tak berapa lama setelah itu telpon berdering, dan dari sana suara Ibuku yang sedang menangis memberitahukan kalo Ayahku tiba2 muntah dan tak sadarkan diri. Dan ketahuan ternyata waktu beliau lagi nonton bola sambil makan duren, 1 buah utuh, seorang diri! Yang jadi masalah, sudah beberapa hari beliau memang lagi kurang sehat. Tekanan darahnya lagi tinggi, dan akhirnya makin parah dari efek duren yang beliau makan itu.

Kami segera menuju Rumah Sakit tengah malam itu, beliau sudah di ruang ICU, tidak sadarkan diri,dengan berbagi macam selang dan perangkat2 lain di tubuhnya.

Tepat jam 6 pagi, 03 Maret 2003, beliau akhirnya dipanggil Tuhan. Saya amat terpukul, kehilangan kepala keluarga, kehilangan panutan. Di sisi lain dari semua itu, saya kehilangan seorang teman untuk berbagi tentang serunya cerita klub favorit kami, AC Milan.

Di samping jasad beliau yang sudah membujur kaku saat itu, dengan berlinang air mata, saya masih menyempatkan untuk sharing terakhir kalinya dengan beliau. Saya bercerita tentang bagaimana pertandingan semalam, dan kecewanya saya dengan gol bunuh diri yang dicetak Maldini, saya yakin beliau pun merasakan yang sama saat itu. Saya sangat menyesal tidak menonton pertandingannya bersama beliau sebelum beliau pergi selama-lamanya, seperti yang dari dulu kami lakukan.

Beberapa bulan setelahnya, AC Milan seperti menghadiahkan kado penghiburan buatku, penghiburan buat arwah beliau yang saya percaya juga menonton dari atas sana. Ya, Milan menjadi juara Liga Champion setelah mengalahkan Juventus di partai final dalam adu penalti. Setelah Shevchenko mencetak gol penentu, suara kegirangan saya yang lagi nonton sendiri saat itu didengar oleh adik saya yang paling bungsu, Ino, umur 11 bulan, dia terbangun, dan tanpa saya sadari saya menggendong dia dan kami merayakan kemenangan itu sama2 di ruang tengah. Ajaibnya dia tidak rewel, tidak nangis sama sekali, Si Ibu yang liatinnya juga cuma bisa tersenyum dan geleng2 ngliatin tingkah 2 bocah lelakinya yang joget2 gak jelas jam 4 subuh.

Sambil masih menggendong Ino, saya berucap dalam hati, "Pak, AC Milan kita menang Champion, tersenyumlah di sana ya. FORZA Milan!"

Seperti itulah sedikit cerita saya tentang salah satu "warisan" yang ditinggalkan almarhum Ayah untuk saya, yang sampai selamanya, sampai mati, seperti beliau, akan selalu kubawa dan kuagungkan.

AC MILAN!